Sabtu, 14 April 2012
Kisah kerendahan hati sayyidina Abu bakas siddiq
Suatu hari Umar mengamati
Abu Bakar Ash-Shidiq di
waktu fajar. Sesuatu telah
menarik perhatian Umar.
Saat Abu Bakar pergi ke
pinggiran kota Madinah setelah shalat Subuh. Abu
Bakar mendatangi sebuah
gubuk kecil untuk
beberapa saat, lalu dia
pulang kembali ke
rumahnya. Umar tidak mengetahui apa yang ada di
dalam gubuk itu dan apa
yang dilakukan oleh Abu
Bakar di sana. Umar
mengetahui seluruh
kebaikan yang dilakukan oleh Abu Bakar, kecuali
rahasia urusan gubuk itu. Hari-hari terus berjalan.
Abu Bakar Ash-Shidiq tetap
mengunjungi gubuk kecil di
pinggiran kota itu. Umar
tetap belum mengetahui
apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Sampai
akhirnya Umar
memutuskan untuk masuk
ke dalam gubuk itu sesaat
setelah Abu Bakar
meninggalkannya. Umar ingin melihat apa yang ada
di dalam gubuk itu dengan
matanya sendiri. Dia ingin
mengetahui apa yang
dilakukan oleh sahabatnya
disitu. Manakala Umar masuk ke
dalam gubuk kecil itu, Umar
mendapakan seorang
nenek tua yang lemah
tanpa bisa bergerak. Nenek
itu juga buta kedua matanya. Tidak ada sesuatu
pun di dalam gubuk kecil
itu. Umar tercengang
dengan yang dilihatnya. Dia
ingin mengetahui ada
hubungan apa nenek tua ini dengan Abu Bakar
radhiallahu’anhu. Umar bertanya, “Apa yang
dilakukan laki-laki itu (Abu
Bakar) di sini?”. Nenek tua
itu menjawab, “Demi Allah,
aku tidak mengenalnya,
wahai anakku. Setiap pagi dia datang, membersihkan
rumahku ini dan
menyapunya. Dia
menyiapkan makan
untukku. Kemudian dia
pergi tanpa berbicara apapun denganku” Umar menekuk kedua
lututnya, kedua matanya
basah oleh air mata.
Kemudian ia mengucapkan
kalimatnya yang masyhur,
“Wahai Abu Bakar, sungguh engkau telah
membuat lelah para
khalifah
sesudahmu” (maksudnya,
khalifah berikutnya
sesudah kekhalifahan Abu Bakar harus bekerja lebih
keras agar mampu
menandingi kualitas
kekhalifahan Abu Bakar).
Label:
cerita teladan,
Mutiara hikmah
Cermin sosial
Hidup dalam sebuah
kebersamaan adalah sama
dengan memandangi diri
dalam seribu satu cermin
sosial. Masing-masing cermin
punya sudut pandang sendiri. Bayangan yang
ditampilkannya pun sangat
bergantung pada mutu
cermin. Tentu akan beda
antara bayangan cermin
jernih dengan yang kusam. Terlebih jika cermin itu
sudah retak. Memahami
keanekaragaman cermin ini
akan membuat seseorang
seperti berjalan pada
bentangan tambang di
sebuah ketinggian. Ia mesti merawat keseimbangan:
antara percaya diri yang
berlebihan dengan rendah
diri yang kebablasan.
Percaya diri yang
berlebihan, membuat langkah menjadi tidak hati-
hati. Dan rendah diri yang
kebablasan, membuat
langkah tak pernah
memulai.
Dua sisi kehidupan manusia
Dinamika hidup kerap
menawarkan dua sisi. Satu
sisi menawarkan peluang,
dan sisi lain memunculkan
ancaman. Ibarat cahaya,
peluang selalu memberikan harapan. Dan cahaya yang
menyorot sebuah benda,
pasti akan membentuk
bayangan. Itulah sisi gelap
sebuah ancaman. Persoalannya, orang kadang
lebih sering melihat sisi
gelap ancaman daripada
harapan. Mau nikah, takut
cerai. Mau bisnis, takut rugi.
Mau jadi pejabat, takut kena hujat. Dan seterusnya. Orang
pun terkungkung pada rasa
takut bayangan hitam yang
sebenarnya sisi lain dari
sebuah peluang. Menarik apa yang pernah
diajarkan seorang ulama
seperti Ibnu Qayyim soal
cahaya harap dan ancaman
takut. Beliau mengatakan,
"Harap dan takut tak ubahnya seperti dua sayap
pada seekor burung."
Kepakan keduanya akan
menerbangkan burung
kemana pun ia pergi.
Kamis, 12 April 2012
Sejarah Presiden Soekarno & mesjid St. Petersburg Rusia
MESJID BUNG KARNO DAN
SEJARAHNYA DI ST
PETERSBURG RUSIA Rusia, di bawah rezim
komunis Uni Soviet
membabat habis kehidupan
beragama. Semua tempat
ibadah seperti masjid,
gereja, sinagog ditutup untuk kegiatan ibadah.
Sebagian bangungan dialih
fungsikan untuk berbagai
keperluan rezim berkuasa.
Sedang sebagian lagi
dibiarkan lapuk tak terawat. Keadaan itu terjadi
pada masjid di Saint
Petersburg yang sejak
1940 hingga 1956 diubah
menjadi gudang.
Saint Petersburg, adalah ibukota Rusia ketika masih
berbentuk kekaisaran.
Kota itu ketika era Uni
Soviet bernama Leningrad
(Lenin Gorad), nama yang
dinisbatkan kepada bapak pendiri Uni Soviet, Vladimir
Ilyisch Lenin. Saint
Peterburg disebut sebut
sebagai kota terindah di
Eropa, dengan gedung-
gedung berarsitektur menawan dan lanskap kota
yang luar biasa. Salah satu
bangunan indah di antara
deretan arsitektur kota
tersebut adalah bangunan
masjidnya. Sejarah Masjid St.
Petersburg
Masjid Saint Petersburg
berlokasi di pusat kota
Saint Petersburg, di lokasi
simbolis, berseberangan dengan Benteng Peter dan
Paul di pusat kota Saint
Petersburg, Rusia.
Masjid Saint Petersburg
pertama kali dibangun
tahun 1913 di pusat kota Saint Petersburg yang kala
itu masih menjadi ibukota
kekaisaran Rusia. Masjid
Saint Petersburg
merupakan masjid terbesar
di Eropa kala itu. Dibangun atas izin dari Tsar Rusia,
Nicholas II. Pendirian masjid
ini dinisbatan untuk
memperingati 25 tahun
berkuasanya Abdul Ahat
Khan, Emir Turkistan di Bukhara.
Rencana pembangunan
masjid Saint Petersburg
sendiri sudah digagas oleh
komunitas muslim Saint
Petersburg sejak tahun 1880. Namun izin pendirian
masjid baru keluar di tahun
1906.. Lokasi masjid yang
berada tepat di seberang
benteng Peter & Paul
sempat ditentang oleh banyak pihak, namun
penentangan itu berhenti
dengan sendirinya ketika
TsarNicholas II memberikan
izin bagi pembelian lahan
dan pendirian masjid di lokasi tersebut pada
tanggal 3 Juli 1907.
Pengumpulan dana untuk
pembangunan masjid itu
memakan waktu selama 10
tahun hingga terkumpul dana sebesar 750 ribu
rubbels dari beberapa
sponsor kaya. Ahun Ataulla
Bayazitov menjadi ketua
komite pembangunan
masid. Sementara pembelian lokasi, berikut biaya
pembangunan seluruhnya
dibayar oleh Said Abdul
Ahad Amir Buharskiy, Emir
dari Bokara.
Untuk rancangan arsitektur masjid diadakan
kontes oleh komite
pembangunan masjid..
Ternyata kontes arsitektur
masjid itu dimenangkan
oleh arsitek Nikolai Vasilyev, Stepan
Krichinskiy dan Alexander
von Gogen. Tiga tiganya
adalah arsitek non muslim.
Peletakan batu pertama
pembangunan masjid dilaksanakan pada tanggal
3 Februari 1910 dihadiri
oleh pemerintah, tokoh-
tokoh agama dan tokoh
masyarakat, termasuk
Amir Buharskiy, Hrusin Novikov, duta besar Turki
dan Persia, Mufti Orenburg
Sultanov, pimpinan partai
Islam di Gos Duma Tevkelev
dan ketua komite
pembangunan sekaligus inisiator pembangunan
masjid, Ahun Ataulla
Bayazitov.
Ide dasar bangunan masjid
ini terinspirasi dari
arsitektur Masjid Tamerlan’s di kawasan Asia
Tengah. Kubah besarnya
itu di ilhami dari bangunan
maosolium Gur Emir di
Samarkand yang dibangun
pada abad ke 15. Temboknya dihias dengan
granit abu-abu tua
menjadikan bangunan
masjid ini tampak lebih
alami dan monumental di
antara bangunan sekelilingnya, Fasad depan
masid dihias dengan
kaligrafi Al-qur’an.
Arsitektur tradisional Islam
sangat jelas pada eksterior
dan interior masjid Saint Petersburg ini. Kolom-
kolom yang menyanggah
lengkungan-lengkunan di
bawah kubah ditutup
dengan pualam hijau. Di
pusat ruang utama tergantung lampu gantung
raksasa juga dihias dengan
kaligrafi Al-Qur’an.
Sedangkan ruang mihrab
dihias dengan keramik-
keramik berwarna biru. Tembok dalam masjid
penuh dengan ornamen-
ornamen indah.
Masjid indah ini dilengkapi
dengan dua menara
setinggi 49 meter lengkap dengan kubah setinggi 39
meter. Dengan kapasitas
mencapai 5000 orang
jamaah. Restorasi besar
besaran di tahun 1980
membuat masjid ini mampu mempertahankan
rekornya sebagai salah
satu masjid terbesar di
Eropa. Pemisahan antara
jemaah pria dan wanita
bukan dengan pemberian partisi di ruang yang sama,
tapi dengan pemisahan
tempat. Lantai dasar masjid
diperuntukkan bagi jamaah
pria sementara lantai satu
masjid diperuntukkan khusus untuk jamaah
wanita.
Kubah masjid ini dibuat
dengan rancang bangun
sarang lebah madu.
Konstruksi sarang lebah madu dengan mudah
terlihat pada ornamen
bagian dalam kubah
dengan rangkaian bentuk
hexagonal berukir dalam
baluran dominasi warna biru menghias bagian dalam
kubah. Kubah berwarna
biru nan indah itu terlihat
dengan sempurna dari
jembatan Trinity.
Masjid Saint Petersburg mulai digunakan pertama
kali pada tahun 1913,
menandai peringatan 300
tahun berkuasanya
keluarga Romanov di Rusia
meskipun kala itu pembangunan masjid belum
selesai seratus persen.
Keseluruhan proses
pembangunan baru selesai
tujuh tahun kemudian dan
rencananya akan dibuka untuk umum secara reguler
dalam menyelenggarakan
kegiatan peribadatan pada
tahun 1920. Runtuhnya
kekuasan Tsar Rusia oleh
Rezim Komunis Uni Soviet pada tahun 1917,
kemudian menjadikan
Masjid Saint Petersburg
terbengkalai dan diubah
fungsinya menjadi gudang
penyimpanan perlengkapan medis dari
tahun 1940 hingga tahun
1956.
Masjid Saint Petersburg dan
Kharisma Soekarno
Kala itu, Soekarno sedang menikmati indahnya kota
St. Petersburg yang
didirikan oleh Peter the
Great pada abad 17. Kota
yang senantiasa menjadi
rebutan banyak negara dalam berbagai masa itu
memang sangat cantik,
berarsitektur ala Eropa
Barat dan terletak di delta
sungai Neva. Kota ini
pernah menjadi ibukota kekaisaran Rusia selama
dua ratus tahun. Disini pula
berdiri istana-istana
terkenal, seperti istana
musim panas Peterhof,
istana musim dingin Hermitage, benteng Peter
and Paul serta landskap
kota yang tidak kalah
dengan kota mode Paris.
Dari dalam mobil itu,
Soekarno sekelebatan melihat sebuah bangunan
yang unik dan tidak ada
duanya. Sopir diminta
untuk kembali memutar
jalan untuk melihat
bangunan tersebut, namun bergeming. Tidak ada
perintah untuk memutar
apalagi berhenti. Pada
zaman itu, di bawah
pemerintahan komunis
nyaris tidak ada kekuasaan dan kesempatan berdiskusi
yang diberikan kepada
seorang sopir.
“Bangunan apa tadi itu,”
tanya sang Presiden.
“Itu dulunya sebuah masjid,” jawab sang
pengemudi.
“Kalau dulu masjid,
sekarang digunakan untuk
apa?”
“Oh… hampir semua gereja dan masjid saat ini menjadi
gudang atau semacamnya,”
sahut sopir.
Pembicaraan sekilas tadi
membuat Presiden
Indonesia itu tidak nyenyak tidurnya. Ia
terngiang-ngiang gedung
berkubah biru dengan
arsitek Asia tengah itu.
Dindingnya sekilas terbuat
dari batu yang dibuat secara khusus, dua
menaranya menjulang
tinggi bersaing dengan
beberapa gereja yang tidak
jauh dari situ sedangkan
pelatarannya cukup luas. Dalam taksiran Soekarno,
bangunan yang disebut
masjid itu pastilah mampu
menampung lebih dari 3000
muslim bersembahyang
berjamaah. Dalam suatu jamuan makan,
Presiden melontarkan
permintaan agar pada hari
berikutnya diatur suatu
kunjungan ke masjid yang
dilihatnya. Namun aturan protokoler tidak
memungkinkan karena
acara yang disusun sudah
sangat padat.
Setelah dua hari menikmati
keindahan kota St. Petersburg yang saat itu
masih bernama Leningrad,
Soekarno terbang ke
Moskow untuk melakukan
pembicaraan tingkat tinggi
guna membahas masa depan kerja sama bilateral
dan berbagai posisi kunci
dalam Perang Dingin yang
terus memuncak.
Kehangatan kedua
pemerintahan memang sedang mencapai titik
kulminasi, antara lain
dengan pengiriman ribuan
mahasiswa Indonesia yang
kemudian dikenal dengan
mahasiswa ikatan dinas (Mahid).
Dalam bincang-bincang di
istana Kremlin itu sempat
tersiar kabar suatu
pembicaraan yang unik
diantara kedua pemimpin bangsa. Tentunya, sang
pengundang menginginkan
agar Presiden Soekarno
dapat menikmati
liburannya di Leningrad
bersama salah satu putrinya. Apalagi berbagai
fasilitas papan atas telah
disiapkan.
“Bagaimana kunjungan ke
Leningrad tuan Presiden.
Tentu sangat menyenangkan, bukan,”
Diluar dugaan Soekarno
memberikan jawaban yang
mengagetkan. “Rasanya
saya belum pernah ke
Leningrad,” ujarnya. “Tuan Presiden memang
pandai bertutur. Ada apa
yang salah dengan
Leningrad. Bukannya
kemarin dua hari berjalan-
jalan dengan sang puteri di sana.”
“Ya. Kami memang berada
disana, tapi kami belum
kesana.”
“Kenapa begitu?”
“Karena kami tidak pernah diberikan kesempatan
untuk menengok
bangunan yang disebut
masjid biru.”
Kekecewaan berat
menerpa sang pemimpin besar revolusi Indonesia itu
ketika mengetahui kondisi
masjid tersebut yang
diperlakukan tidak
selayaknya sebagai masjid
tetapi sebagai gudang. Kekecewaan itulah yang
kemudian disampaikan
Presiden Soekarno kepada
Presiden Uni Soviet Nikita
Kruschev pada jamuan
kenegaraan di Kremlin. Presiden Soekarno tidak
sekedar mengharapkan
Kruschev memfungsikan
kembali Masjid Saint
Petersburg melainkan
mengharapkan pula agar masjid itu boleh digunakan
oleh umat Islam Saint
Petersburg untuk
beribadah.
Permintaan Presiden
Soekarno itu seperti mustahil dikabulkan oleh
presiden Uni Soviet yang
tegas menerapkan
Marxisme dalam bernegara.
Tapi anehnya, 10 hari
setelah kepulangan RI Presiden Soekarno ke
Indonesia, secara
mengejutkan keluar
perintah resmi dari Kremlin
untuk memfungsikan
kembali Masjid Saint Petersburg dan bahkan
mengembalikan masjid itu
kepada kaum muslimin
tanpa syarat apa pun. Kado
dari Presiden Soekarno itu
sangat mengejutkan umat Islam Saint Petersburg, dan
sejarah inilah yang
kemudian menjadi sebuah
kenangan manis yang abadi
bagi Muslim Saint
Petersburg hingga saat ini. Kharisma Bung Karno
memang luar biasa, berhasil
mengubah kebijakan
pemerintah otoriter yang
bertentangan dengan
prinsip-prinsip ideologisnya Aktivitas Masjid Saint
Petersburg
Di hari jum’at sebelum
sholat jum’at dilaksanakan,
dibacakan ayat ayat suci Al-
qur’an. Khutbah disampaikan dalam dua
bahasa, bahasa Tatar dan
Bahasa Rusia. Tak hanya
menyelenggarakan
kegiatan peribadatan,
Masjid Saint Petersburg juga menjadi pusat pendidikan
dan kebudayaan Islam
terkemuka di Saint
Petersburg.
Imam Masjid dan Mufti Saint
Petersburg Cafer Nasibullahoglu mengatakan
bahwa ketika masjid Saint
Petersburg dibangun sudah
ada 8000 orang muslim
yang di kota itu dan sudah
menjadi salah satu komunitas terbesar di Saint
Petersburg kala itu.
Bandingkan dengan saat
ini, Muslim di kota Saint
Petersburg sudah mencapai
700.000 jiwa dan masjid- masjid di kota ini sudah tak
mampu lagi menampung
jamaah yang membludak,
dan sudah menjadi
pemandangan umum bila
jamaah sholat jum’at di kota ini dan di kota kota
lain di Rusia senantisa
meluber hingga ke jalan
raya.
“Kini semua umat Islam di
St. Petersburg sangat berterima kasih kepada
almarhum Soekarno. Kami
akan ingat jasa-jasanya.,”
ujar mufti Ja’far Nasibullah
yang sudah 31 tahun
menjadi tulang punggung masjid. “Tanpa Soekarno
mungkin masjid indah yang
didirikan 1910 ini sudah
hancur sebagaimana masjid
dan gereja lainnya. Semoga
Allah SWT memberikan surga tertinggi baginya,”
doa sang Imam dengan
mimik yang serius sambil
mengangkat kedua
tangannya.
Rabu, 11 April 2012
Keindahan gunung
Seorang anak
mengungkapkan rasa
penasarannya kepada
ayahnya. “Yah, seperti apa
sih rupa gunung itu?” Sang
ayah tidak menjawab. Ia hanya bilang, “Baiklah, kita
berangkat menuju gunung.
Akan kamu lihat seperti apa
wajah gunung itu.” Berangkatlah mereka
berdua dengan mengendarai
mobil. Perjalanan lumayan
lama, karena jarak antara
tempat tinggal mereka
dengan gunung terdekat bisa menghabiskan waktu
empat jam dengan mobil.
Jarak yang lumayan jauh.
Bahkan sangat jauh untuk
ukuran seorang anak usia
enam tahun. Ketika perjalanan sudah
menempuh hampir separuh
jarak, anak itu berteriak,
“Hore, gunungnya sudah
kelihatan.” Dari balik kaca
mobil, sebuah gunung membiru terlihat begitu
anggun. Puncaknya
menjulang ke langit nan
biru dan menembus awan
putih. “Oh, indahnya
gunung itu,” ucap sang anak. Ia benar-benar
kagum. Mobil pun terus melaju.
Jalan yang ditempuh tidak
lagi lurus dan datar, tapi
sudah berkelok dan naik
turun. Wajah gunung pun
terlihat hijau karena dedaunan pohon mulai
tampak walaupun cuma
didominasi warna. Anak itu
berujar lagi, “Oh, ternyata
gunung itu berwarna hijau.
Ada pohon-pohon kecil yang berjajar.” Sambil menikmati
pemandangan sekitar, anak
itu pun menyanyikan lagu:
“Naik naik ke puncak
gunung, tinggi tinggi
sekali…” Hingga, perjalanan berhenti pada sebuah
dataran yang sangat tinggi.
Dari situlah mereka bukan
hanya bisa melihat wajah
gunung yang asli, tapi juga
bisa memegang dan menginjak gunung. Mereka
sudah berada di puncak
gunung. “Gunungnya mana, Yah?”
tanya anak itu keheranan.
“Inilah wajah gunung yang
kamu cari, tanah yang
sedang kita injak,” jawab
sang ayah sambil menunjuk ke tanah yang menanjak
dan menurun. Anak itu
agak heran. “Ini? Tanah
yang gersang ini? Tanah
yang cuma berisi batu dan
pohon-pohon kecil dengan air sungainya yang keruh?” Sang ayah mengangguk
pelan. Ia menangkap warna
kekecewaan yang begitu
dalam pada diri anaknya.
“Anakku, mari kita pulang.
Mari kita nikmati wajah gunung dari kejauhan.
Mungkin, dari sanalah kita
bisa mengatakan bahwa
gunung itu indah…” *** Ketika seseorang sudah
menjadi ‘gunung-gunung’ di
masyarakatnya. Di mana,
wajahnya bisa dilihat orang
banyak, suaranya didengar
banyak orang; akan muncul penasaran orang-orang
yang melihat dan
mendengar tokoh baru itu.
Mereka ingin tahu, seperti
apakah wajah sang tokoh
ketika dilihat dari dekat: perilakunya, kehidupan
rumah tangganya, dan hal-
hal detil lain. Sayangnya, tidak semua
‘gunung’ yang terlihat indah
ketika jauh, benar-benar
indah di saat dekat. Para
peminat yang ingin dekat
dengan ‘gunung’ itu pun pasti kecewa. Ternyata,
‘gunung’ yang dari jauh
indah itu, menyimpan
banyak cacat. Keindahannya
semu. Mari, kita bangun ‘gunung-
gunung’ diri yang benar-
benar indah: baik dari jauh,
apalagi dekat. Jangan
biarkan mereka yang
semula kagum, menjadi kecewa. Jangan sampai ada
orang-orang yang berujar
persis seperti sang ayah
bilang, “Anakku, mari kita
menjauh. Mungkin hanya
dari kejauhanlah, kita bisa mengatakan bahwa
‘gunung’ itu indah…”
Selasa, 10 April 2012
Lukisan hati
Sungguh aku tak ingin kehilangan pancaran rona
kebahagiaan ini. Dengan penuh hati2 jemari
mungil yg lincah ini ingin
mengabadikan suasana ini
dengan sedikit goresan dalam sebuah lukisan hati. Dengan penuh hati2 jemari
mungil yg lincah ini pula
ingin menggantungkan
berbagai hiasan cantik d
langit2 kalbu dengan sentuhan kasih. Dengan harapan, semoga kemuliaan dan ke'indahan
itu selalu mewarnai hatiku,
jiwaku, hariku, bahkan
seumur hidup q hingga mati q. Tak hanya sesaat, tak
pudar oleh gesekan waktu..
Senin, 09 April 2012
Tersenyumlah
Ketika sedih,
tersenyumlah!
Bukan untuk
menyembunyik
an luka, tapi
untuk mensyukuri
bahagia yg
tersisa. - Tetaplah tersenyum dimanapun kalian berada, karena disanalah kalian memiliki banyak cerita. - Ariel -
Dinamika hidup
Jangan pernah bosan dgn
aktifitas kehidupan.
Jangan pernah lelah
memutari lingkaran waktu.
Jangan pernah jenuh
menatap matahari yg selalu membuat silau. Lihatlah k
langit yg luas ini, buka
mata dan fikiran, betapa ia
tak pernah lelah untuk
berhias dan menciptakan
keindahan. Bukankah ia sudah ada sejak sekian
miliar tahun yg lalu
sebelum kita ada.? Jangan
pernah putus asa, rahmat
Allah terlalu luas buat cela
dan kekurangan kita. "Diam bukan tak mengerti,
tp mencoba memahami apa
yg akan terjadi." Kita
punya Allah, kita punya
Nabi Muhammad. ›
Kamis, 05 April 2012
Selasa, 03 April 2012
Bola mata
kita sudah tahukan
hubungan antara
dua bola mata
manusia...???
Mereka berkedip
bersama.... Bergerak
bersama......
Menangis
bersama..... Melihat
bersama dan tidur
pun bersama.... walaupun satu
sama lain tidak
pernah saling
melihat... Semoga
cinta kita bisa
seperti mata..... Walaupun hanya
saling beda sudut
pandang, Tetapi
alangkah indahnya
cinta kita ini bila
bisa terus menjaga indahnya sampai
nanti.
Cerita Bung Karno
Tak lama setelah mosi tidak
percaya parlemen bentukan
Nasution di tahun 1967 dam MPRS menunjuk Suharto sebagai Presiden RI, Bung Karno menerima surat untuk segera meninggalkan
Istana dalam waktu 2 X 24 Jam. Bung Karno tidak diberi waktu untuk menginventarisir barang-barang pribadinya.
Wajah - wajah tentara yang mengusir Bung Karno tidak bersahabat lagi.
"Bapak harus cepat meninggalkan Istana ini dalam waktu dua hari dari sekarang!".
Bung Karno pergi ke ruang
makan dan melihat Guruh sedang membaca sesuatu di ruang itu.
"Mana kakak-kakakmu"
kata Bung Karno. Guruh menoleh ke arah Bapaknya dan berkata "Mereka pergi ke rumah Ibu". Rumah Ibu yang dimaksud adalah rumah Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru. Bung Karno berkata lagi "Mas Guruh, Bapak tidak boleh lagi tinggal di Istana ini lagi, kamu persiapkan barang-barangmu, jangan kamu ambil lukisan atau hal lain, itu punya negara". Kata Bung Karno. Lalu Bung Karno melangkah ke arah ruang tamu Istana, disana Ia mengumpulkan semua
ajudan-ajudannya yang setia. Beberapa ajudannya sudah tidak kelihatan
ia makulum, ajudan itu
sudah ditangkapi karena diduga terlibat Gestapu.
"Aku sudah tidak boleh tinggak di Istana ini lagi,
kalian jangan mengambil apapun, Lukisan-lukisan itu,
Souvenir dan macam-macam barang. Itu milik
negara. Semua ajudan menangis saat tau Bung Karno mau pergi.
"Kenapa bapak tidak melawan, kenapa dari dulu bapak tidak melawan.??" Salah satu ajudan separuh berteriak memprotes tindakan diam Bung Karno. "Kalian tau apa, kalau saya
melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit. Jikalau perang dengan Belanda jelas hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak, wajahnya sama dengan wajahmu, keluarganya sama dengan keluargamu, lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara".
Tiba-tiba beberapa orang dari dapur berlarian saat mendengar Bung Karno mau meninggalkan Istana.
"Pak kamu memang tidak ada anggaran untuk masak,
tapi kami tidak enak bila bapak pergi, belum makan. Biarlah kami patungan dari uang kami untuk masak agak enak dari biasanya". Bung Karno tertawa "Ah, sudahlah sayur lodeh basi tiga itu malah enak, kalian masak sayur lodeh saja. Aku ini perlunya apa..."
Di hari kedua saat Bung Karno sedang membenahi baju-bajunya datang perwira suruhan Orde Baru. "Pak, Bapak harus segera meninggalkan tempat ini".
Beberapa tentara sudah
memasuki ruangan tamu dan menyebar sampai ke ruang makan. Mereka juga berdiri di depan Bung Karno dengan senapan terhunus.
Bung Karno segera mencari
koran bekas di pojok kamar, dalam pikiran Bung Karno yang ia takutkan adalah bendera pusaka akan diambil oleh tentara. Lalu dengan cepat Bung Karno membungkus bendera pusaka dengan koran bekas, ia masukkan ke dalam kaos oblong, Bung Karno berdiri sebentar menatap tentara- tentara itu, namun beberapa perwira mendorong tubuh Bung Karno untuk keluar kamar. Sesaat ia melihat wajah Ajudannya Saelan dan Bung Karno menoleh ke arah Saelan. "Aku pergi dulu" kata Bung Karno dengan terburu- buru.
"Bapak tidak berpakaian
rapih dulu, Pak" Saelan separuh berteriak. Bung Karno hanya mengibaskan tangannya. Bung Karno langsung naik VW Kodok, satu-satunya mobil pribadi yang ia punya dan meminta sopir diantarkan ke Jalan Sriwijaya, rumah Ibu Fatmawati. Di rumah Fatmawati, Bung Karno hanya duduk seharian saja di pojokan halaman, matanya kosong. Ia meminta bendera pusaka dirawat hati-hati. Bung Karno kerjanya hanya mengguntingi daun-daun di halaman. Kadang-kadang ia memegang dadanya yang sakit, ia sakit ginjal parah namun obat yang biasanya diberikan sudah tidak boleh diberikan. Sisa obat di Istana dibuangi.
Suatu saat Bung Karno mengajak ajudannya yang bernama Nitri -gadis Bali untuk jalan-jalan. Saat melihat dukuh, Bung Karno kepengen dukuh tapi dia tidak punya uang. "Aku pengen dukuh.. Tri, aku tidak punya uang" Nitri yang uangnya pas-pasan juga melihat ke dompetnya, ia merasa cukuplah buat beli dukuh sekilo. Lalu Nitri mendatangi tukang dukuh dan berkata "Pak Bawa dukuhnya ke orang yang ada di dalam mobil". Tukang dukuh itu berjalan dan mendekat ke arah Bung Karno. "Mau pilih mana, Pak manis-manis nih " sahut tukang dukuh dengan logat betawi kental.
Bung Karno dengan tersenyum senang berkata "coba kamu cari yang enak". Tukang Dukuh itu mengernyitkan dahinya, ia merasa kenal dengan suara ini.
percaya parlemen bentukan
Nasution di tahun 1967 dam MPRS menunjuk Suharto sebagai Presiden RI, Bung Karno menerima surat untuk segera meninggalkan
Istana dalam waktu 2 X 24 Jam. Bung Karno tidak diberi waktu untuk menginventarisir barang-barang pribadinya.
Wajah - wajah tentara yang mengusir Bung Karno tidak bersahabat lagi.
"Bapak harus cepat meninggalkan Istana ini dalam waktu dua hari dari sekarang!".
Bung Karno pergi ke ruang
makan dan melihat Guruh sedang membaca sesuatu di ruang itu.
"Mana kakak-kakakmu"
kata Bung Karno. Guruh menoleh ke arah Bapaknya dan berkata "Mereka pergi ke rumah Ibu". Rumah Ibu yang dimaksud adalah rumah Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru. Bung Karno berkata lagi "Mas Guruh, Bapak tidak boleh lagi tinggal di Istana ini lagi, kamu persiapkan barang-barangmu, jangan kamu ambil lukisan atau hal lain, itu punya negara". Kata Bung Karno. Lalu Bung Karno melangkah ke arah ruang tamu Istana, disana Ia mengumpulkan semua
ajudan-ajudannya yang setia. Beberapa ajudannya sudah tidak kelihatan
ia makulum, ajudan itu
sudah ditangkapi karena diduga terlibat Gestapu.
"Aku sudah tidak boleh tinggak di Istana ini lagi,
kalian jangan mengambil apapun, Lukisan-lukisan itu,
Souvenir dan macam-macam barang. Itu milik
negara. Semua ajudan menangis saat tau Bung Karno mau pergi.
"Kenapa bapak tidak melawan, kenapa dari dulu bapak tidak melawan.??" Salah satu ajudan separuh berteriak memprotes tindakan diam Bung Karno. "Kalian tau apa, kalau saya
melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit. Jikalau perang dengan Belanda jelas hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak, wajahnya sama dengan wajahmu, keluarganya sama dengan keluargamu, lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara".
Tiba-tiba beberapa orang dari dapur berlarian saat mendengar Bung Karno mau meninggalkan Istana.
"Pak kamu memang tidak ada anggaran untuk masak,
tapi kami tidak enak bila bapak pergi, belum makan. Biarlah kami patungan dari uang kami untuk masak agak enak dari biasanya". Bung Karno tertawa "Ah, sudahlah sayur lodeh basi tiga itu malah enak, kalian masak sayur lodeh saja. Aku ini perlunya apa..."
Di hari kedua saat Bung Karno sedang membenahi baju-bajunya datang perwira suruhan Orde Baru. "Pak, Bapak harus segera meninggalkan tempat ini".
Beberapa tentara sudah
memasuki ruangan tamu dan menyebar sampai ke ruang makan. Mereka juga berdiri di depan Bung Karno dengan senapan terhunus.
Bung Karno segera mencari
koran bekas di pojok kamar, dalam pikiran Bung Karno yang ia takutkan adalah bendera pusaka akan diambil oleh tentara. Lalu dengan cepat Bung Karno membungkus bendera pusaka dengan koran bekas, ia masukkan ke dalam kaos oblong, Bung Karno berdiri sebentar menatap tentara- tentara itu, namun beberapa perwira mendorong tubuh Bung Karno untuk keluar kamar. Sesaat ia melihat wajah Ajudannya Saelan dan Bung Karno menoleh ke arah Saelan. "Aku pergi dulu" kata Bung Karno dengan terburu- buru.
"Bapak tidak berpakaian
rapih dulu, Pak" Saelan separuh berteriak. Bung Karno hanya mengibaskan tangannya. Bung Karno langsung naik VW Kodok, satu-satunya mobil pribadi yang ia punya dan meminta sopir diantarkan ke Jalan Sriwijaya, rumah Ibu Fatmawati. Di rumah Fatmawati, Bung Karno hanya duduk seharian saja di pojokan halaman, matanya kosong. Ia meminta bendera pusaka dirawat hati-hati. Bung Karno kerjanya hanya mengguntingi daun-daun di halaman. Kadang-kadang ia memegang dadanya yang sakit, ia sakit ginjal parah namun obat yang biasanya diberikan sudah tidak boleh diberikan. Sisa obat di Istana dibuangi.
Suatu saat Bung Karno mengajak ajudannya yang bernama Nitri -gadis Bali untuk jalan-jalan. Saat melihat dukuh, Bung Karno kepengen dukuh tapi dia tidak punya uang. "Aku pengen dukuh.. Tri, aku tidak punya uang" Nitri yang uangnya pas-pasan juga melihat ke dompetnya, ia merasa cukuplah buat beli dukuh sekilo. Lalu Nitri mendatangi tukang dukuh dan berkata "Pak Bawa dukuhnya ke orang yang ada di dalam mobil". Tukang dukuh itu berjalan dan mendekat ke arah Bung Karno. "Mau pilih mana, Pak manis-manis nih " sahut tukang dukuh dengan logat betawi kental.
Bung Karno dengan tersenyum senang berkata "coba kamu cari yang enak". Tukang Dukuh itu mengernyitkan dahinya, ia merasa kenal dengan suara ini.
Langganan:
Postingan (Atom)