Sabtu, 14 April 2012

Kisah kerendahan hati sayyidina Abu bakas siddiq

Suatu hari Umar mengamati Abu Bakar Ash-Shidiq di waktu fajar. Sesuatu telah menarik perhatian Umar. Saat Abu Bakar pergi ke pinggiran kota Madinah setelah shalat Subuh. Abu Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil untuk beberapa saat, lalu dia pulang kembali ke rumahnya. Umar tidak mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu dan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Umar mengetahui seluruh kebaikan yang dilakukan oleh Abu Bakar, kecuali rahasia urusan gubuk itu. Hari-hari terus berjalan. Abu Bakar Ash-Shidiq tetap mengunjungi gubuk kecil di pinggiran kota itu. Umar tetap belum mengetahui apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Sampai akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk itu sesaat setelah Abu Bakar meninggalkannya. Umar ingin melihat apa yang ada di dalam gubuk itu dengan matanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh sahabatnya disitu. Manakala Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar mendapakan seorang nenek tua yang lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta kedua matanya. Tidak ada sesuatu pun di dalam gubuk kecil itu. Umar tercengang dengan yang dilihatnya. Dia ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini dengan Abu Bakar radhiallahu’anhu. Umar bertanya, “Apa yang dilakukan laki-laki itu (Abu Bakar) di sini?”. Nenek tua itu menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengenalnya, wahai anakku. Setiap pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan makan untukku. Kemudian dia pergi tanpa berbicara apapun denganku” Umar menekuk kedua lututnya, kedua matanya basah oleh air mata. Kemudian ia mengucapkan kalimatnya yang masyhur, “Wahai Abu Bakar, sungguh engkau telah membuat lelah para khalifah sesudahmu” (maksudnya, khalifah berikutnya sesudah kekhalifahan Abu Bakar harus bekerja lebih keras agar mampu menandingi kualitas kekhalifahan Abu Bakar).

Cermin sosial

Hidup dalam sebuah kebersamaan adalah sama dengan memandangi diri dalam seribu satu cermin sosial. Masing-masing cermin punya sudut pandang sendiri. Bayangan yang ditampilkannya pun sangat bergantung pada mutu cermin. Tentu akan beda antara bayangan cermin jernih dengan yang kusam. Terlebih jika cermin itu sudah retak. Memahami keanekaragaman cermin ini akan membuat seseorang seperti berjalan pada bentangan tambang di sebuah ketinggian. Ia mesti merawat keseimbangan: antara percaya diri yang berlebihan dengan rendah diri yang kebablasan. Percaya diri yang berlebihan, membuat langkah menjadi tidak hati- hati. Dan rendah diri yang kebablasan, membuat langkah tak pernah memulai.

Dua sisi kehidupan manusia

Dinamika hidup kerap menawarkan dua sisi. Satu sisi menawarkan peluang, dan sisi lain memunculkan ancaman. Ibarat cahaya, peluang selalu memberikan harapan. Dan cahaya yang menyorot sebuah benda, pasti akan membentuk bayangan. Itulah sisi gelap sebuah ancaman. Persoalannya, orang kadang lebih sering melihat sisi gelap ancaman daripada harapan. Mau nikah, takut cerai. Mau bisnis, takut rugi. Mau jadi pejabat, takut kena hujat. Dan seterusnya. Orang pun terkungkung pada rasa takut bayangan hitam yang sebenarnya sisi lain dari sebuah peluang. Menarik apa yang pernah diajarkan seorang ulama seperti Ibnu Qayyim soal cahaya harap dan ancaman takut. Beliau mengatakan, "Harap dan takut tak ubahnya seperti dua sayap pada seekor burung." Kepakan keduanya akan menerbangkan burung kemana pun ia pergi.

Kamis, 12 April 2012

Sejarah Presiden Soekarno & mesjid St. Petersburg Rusia

MESJID BUNG KARNO DAN SEJARAHNYA DI ST PETERSBURG RUSIA Rusia, di bawah rezim komunis Uni Soviet membabat habis kehidupan beragama. Semua tempat ibadah seperti masjid, gereja, sinagog ditutup untuk kegiatan ibadah. Sebagian bangungan dialih fungsikan untuk berbagai keperluan rezim berkuasa. Sedang sebagian lagi dibiarkan lapuk tak terawat. Keadaan itu terjadi pada masjid di Saint Petersburg yang sejak 1940 hingga 1956 diubah menjadi gudang. Saint Petersburg, adalah ibukota Rusia ketika masih berbentuk kekaisaran. Kota itu ketika era Uni Soviet bernama Leningrad (Lenin Gorad), nama yang dinisbatkan kepada bapak pendiri Uni Soviet, Vladimir Ilyisch Lenin. Saint Peterburg disebut sebut sebagai kota terindah di Eropa, dengan gedung- gedung berarsitektur menawan dan lanskap kota yang luar biasa. Salah satu bangunan indah di antara deretan arsitektur kota tersebut adalah bangunan masjidnya. Sejarah Masjid St. Petersburg Masjid Saint Petersburg berlokasi di pusat kota Saint Petersburg, di lokasi simbolis, berseberangan dengan Benteng Peter dan Paul di pusat kota Saint Petersburg, Rusia. Masjid Saint Petersburg pertama kali dibangun tahun 1913 di pusat kota Saint Petersburg yang kala itu masih menjadi ibukota kekaisaran Rusia. Masjid Saint Petersburg merupakan masjid terbesar di Eropa kala itu. Dibangun atas izin dari Tsar Rusia, Nicholas II. Pendirian masjid ini dinisbatan untuk memperingati 25 tahun berkuasanya Abdul Ahat Khan, Emir Turkistan di Bukhara. Rencana pembangunan masjid Saint Petersburg sendiri sudah digagas oleh komunitas muslim Saint Petersburg sejak tahun 1880. Namun izin pendirian masjid baru keluar di tahun 1906.. Lokasi masjid yang berada tepat di seberang benteng Peter & Paul sempat ditentang oleh banyak pihak, namun penentangan itu berhenti dengan sendirinya ketika TsarNicholas II memberikan izin bagi pembelian lahan dan pendirian masjid di lokasi tersebut pada tanggal 3 Juli 1907. Pengumpulan dana untuk pembangunan masjid itu memakan waktu selama 10 tahun hingga terkumpul dana sebesar 750 ribu rubbels dari beberapa sponsor kaya. Ahun Ataulla Bayazitov menjadi ketua komite pembangunan masid. Sementara pembelian lokasi, berikut biaya pembangunan seluruhnya dibayar oleh Said Abdul Ahad Amir Buharskiy, Emir dari Bokara. Untuk rancangan arsitektur masjid diadakan kontes oleh komite pembangunan masjid.. Ternyata kontes arsitektur masjid itu dimenangkan oleh arsitek Nikolai Vasilyev, Stepan Krichinskiy dan Alexander von Gogen. Tiga tiganya adalah arsitek non muslim. Peletakan batu pertama pembangunan masjid dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 1910 dihadiri oleh pemerintah, tokoh- tokoh agama dan tokoh masyarakat, termasuk Amir Buharskiy, Hrusin Novikov, duta besar Turki dan Persia, Mufti Orenburg Sultanov, pimpinan partai Islam di Gos Duma Tevkelev dan ketua komite pembangunan sekaligus inisiator pembangunan masjid, Ahun Ataulla Bayazitov. Ide dasar bangunan masjid ini terinspirasi dari arsitektur Masjid Tamerlan’s di kawasan Asia Tengah. Kubah besarnya itu di ilhami dari bangunan maosolium Gur Emir di Samarkand yang dibangun pada abad ke 15. Temboknya dihias dengan granit abu-abu tua menjadikan bangunan masjid ini tampak lebih alami dan monumental di antara bangunan sekelilingnya, Fasad depan masid dihias dengan kaligrafi Al-qur’an. Arsitektur tradisional Islam sangat jelas pada eksterior dan interior masjid Saint Petersburg ini. Kolom- kolom yang menyanggah lengkungan-lengkunan di bawah kubah ditutup dengan pualam hijau. Di pusat ruang utama tergantung lampu gantung raksasa juga dihias dengan kaligrafi Al-Qur’an. Sedangkan ruang mihrab dihias dengan keramik- keramik berwarna biru. Tembok dalam masjid penuh dengan ornamen- ornamen indah. Masjid indah ini dilengkapi dengan dua menara setinggi 49 meter lengkap dengan kubah setinggi 39 meter. Dengan kapasitas mencapai 5000 orang jamaah. Restorasi besar besaran di tahun 1980 membuat masjid ini mampu mempertahankan rekornya sebagai salah satu masjid terbesar di Eropa. Pemisahan antara jemaah pria dan wanita bukan dengan pemberian partisi di ruang yang sama, tapi dengan pemisahan tempat. Lantai dasar masjid diperuntukkan bagi jamaah pria sementara lantai satu masjid diperuntukkan khusus untuk jamaah wanita. Kubah masjid ini dibuat dengan rancang bangun sarang lebah madu. Konstruksi sarang lebah madu dengan mudah terlihat pada ornamen bagian dalam kubah dengan rangkaian bentuk hexagonal berukir dalam baluran dominasi warna biru menghias bagian dalam kubah. Kubah berwarna biru nan indah itu terlihat dengan sempurna dari jembatan Trinity. Masjid Saint Petersburg mulai digunakan pertama kali pada tahun 1913, menandai peringatan 300 tahun berkuasanya keluarga Romanov di Rusia meskipun kala itu pembangunan masjid belum selesai seratus persen. Keseluruhan proses pembangunan baru selesai tujuh tahun kemudian dan rencananya akan dibuka untuk umum secara reguler dalam menyelenggarakan kegiatan peribadatan pada tahun 1920. Runtuhnya kekuasan Tsar Rusia oleh Rezim Komunis Uni Soviet pada tahun 1917, kemudian menjadikan Masjid Saint Petersburg terbengkalai dan diubah fungsinya menjadi gudang penyimpanan perlengkapan medis dari tahun 1940 hingga tahun 1956. Masjid Saint Petersburg dan Kharisma Soekarno Kala itu, Soekarno sedang menikmati indahnya kota St. Petersburg yang didirikan oleh Peter the Great pada abad 17. Kota yang senantiasa menjadi rebutan banyak negara dalam berbagai masa itu memang sangat cantik, berarsitektur ala Eropa Barat dan terletak di delta sungai Neva. Kota ini pernah menjadi ibukota kekaisaran Rusia selama dua ratus tahun. Disini pula berdiri istana-istana terkenal, seperti istana musim panas Peterhof, istana musim dingin Hermitage, benteng Peter and Paul serta landskap kota yang tidak kalah dengan kota mode Paris. Dari dalam mobil itu, Soekarno sekelebatan melihat sebuah bangunan yang unik dan tidak ada duanya. Sopir diminta untuk kembali memutar jalan untuk melihat bangunan tersebut, namun bergeming. Tidak ada perintah untuk memutar apalagi berhenti. Pada zaman itu, di bawah pemerintahan komunis nyaris tidak ada kekuasaan dan kesempatan berdiskusi yang diberikan kepada seorang sopir. “Bangunan apa tadi itu,” tanya sang Presiden. “Itu dulunya sebuah masjid,” jawab sang pengemudi. “Kalau dulu masjid, sekarang digunakan untuk apa?” “Oh… hampir semua gereja dan masjid saat ini menjadi gudang atau semacamnya,” sahut sopir. Pembicaraan sekilas tadi membuat Presiden Indonesia itu tidak nyenyak tidurnya. Ia terngiang-ngiang gedung berkubah biru dengan arsitek Asia tengah itu. Dindingnya sekilas terbuat dari batu yang dibuat secara khusus, dua menaranya menjulang tinggi bersaing dengan beberapa gereja yang tidak jauh dari situ sedangkan pelatarannya cukup luas. Dalam taksiran Soekarno, bangunan yang disebut masjid itu pastilah mampu menampung lebih dari 3000 muslim bersembahyang berjamaah. Dalam suatu jamuan makan, Presiden melontarkan permintaan agar pada hari berikutnya diatur suatu kunjungan ke masjid yang dilihatnya. Namun aturan protokoler tidak memungkinkan karena acara yang disusun sudah sangat padat. Setelah dua hari menikmati keindahan kota St. Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad, Soekarno terbang ke Moskow untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi guna membahas masa depan kerja sama bilateral dan berbagai posisi kunci dalam Perang Dingin yang terus memuncak. Kehangatan kedua pemerintahan memang sedang mencapai titik kulminasi, antara lain dengan pengiriman ribuan mahasiswa Indonesia yang kemudian dikenal dengan mahasiswa ikatan dinas (Mahid). Dalam bincang-bincang di istana Kremlin itu sempat tersiar kabar suatu pembicaraan yang unik diantara kedua pemimpin bangsa. Tentunya, sang pengundang menginginkan agar Presiden Soekarno dapat menikmati liburannya di Leningrad bersama salah satu putrinya. Apalagi berbagai fasilitas papan atas telah disiapkan. “Bagaimana kunjungan ke Leningrad tuan Presiden. Tentu sangat menyenangkan, bukan,” Diluar dugaan Soekarno memberikan jawaban yang mengagetkan. “Rasanya saya belum pernah ke Leningrad,” ujarnya. “Tuan Presiden memang pandai bertutur. Ada apa yang salah dengan Leningrad. Bukannya kemarin dua hari berjalan- jalan dengan sang puteri di sana.” “Ya. Kami memang berada disana, tapi kami belum kesana.” “Kenapa begitu?” “Karena kami tidak pernah diberikan kesempatan untuk menengok bangunan yang disebut masjid biru.” Kekecewaan berat menerpa sang pemimpin besar revolusi Indonesia itu ketika mengetahui kondisi masjid tersebut yang diperlakukan tidak selayaknya sebagai masjid tetapi sebagai gudang. Kekecewaan itulah yang kemudian disampaikan Presiden Soekarno kepada Presiden Uni Soviet Nikita Kruschev pada jamuan kenegaraan di Kremlin. Presiden Soekarno tidak sekedar mengharapkan Kruschev memfungsikan kembali Masjid Saint Petersburg melainkan mengharapkan pula agar masjid itu boleh digunakan oleh umat Islam Saint Petersburg untuk beribadah. Permintaan Presiden Soekarno itu seperti mustahil dikabulkan oleh presiden Uni Soviet yang tegas menerapkan Marxisme dalam bernegara. Tapi anehnya, 10 hari setelah kepulangan RI Presiden Soekarno ke Indonesia, secara mengejutkan keluar perintah resmi dari Kremlin untuk memfungsikan kembali Masjid Saint Petersburg dan bahkan mengembalikan masjid itu kepada kaum muslimin tanpa syarat apa pun. Kado dari Presiden Soekarno itu sangat mengejutkan umat Islam Saint Petersburg, dan sejarah inilah yang kemudian menjadi sebuah kenangan manis yang abadi bagi Muslim Saint Petersburg hingga saat ini. Kharisma Bung Karno memang luar biasa, berhasil mengubah kebijakan pemerintah otoriter yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ideologisnya Aktivitas Masjid Saint Petersburg Di hari jum’at sebelum sholat jum’at dilaksanakan, dibacakan ayat ayat suci Al- qur’an. Khutbah disampaikan dalam dua bahasa, bahasa Tatar dan Bahasa Rusia. Tak hanya menyelenggarakan kegiatan peribadatan, Masjid Saint Petersburg juga menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan Islam terkemuka di Saint Petersburg. Imam Masjid dan Mufti Saint Petersburg Cafer Nasibullahoglu mengatakan bahwa ketika masjid Saint Petersburg dibangun sudah ada 8000 orang muslim yang di kota itu dan sudah menjadi salah satu komunitas terbesar di Saint Petersburg kala itu. Bandingkan dengan saat ini, Muslim di kota Saint Petersburg sudah mencapai 700.000 jiwa dan masjid- masjid di kota ini sudah tak mampu lagi menampung jamaah yang membludak, dan sudah menjadi pemandangan umum bila jamaah sholat jum’at di kota ini dan di kota kota lain di Rusia senantisa meluber hingga ke jalan raya. “Kini semua umat Islam di St. Petersburg sangat berterima kasih kepada almarhum Soekarno. Kami akan ingat jasa-jasanya.,” ujar mufti Ja’far Nasibullah yang sudah 31 tahun menjadi tulang punggung masjid. “Tanpa Soekarno mungkin masjid indah yang didirikan 1910 ini sudah hancur sebagaimana masjid dan gereja lainnya. Semoga Allah SWT memberikan surga tertinggi baginya,” doa sang Imam dengan mimik yang serius sambil mengangkat kedua tangannya.

Rabu, 11 April 2012

Keindahan gunung

Seorang anak mengungkapkan rasa penasarannya kepada ayahnya. “Yah, seperti apa sih rupa gunung itu?” Sang ayah tidak menjawab. Ia hanya bilang, “Baiklah, kita berangkat menuju gunung. Akan kamu lihat seperti apa wajah gunung itu.” Berangkatlah mereka berdua dengan mengendarai mobil. Perjalanan lumayan lama, karena jarak antara tempat tinggal mereka dengan gunung terdekat bisa menghabiskan waktu empat jam dengan mobil. Jarak yang lumayan jauh. Bahkan sangat jauh untuk ukuran seorang anak usia enam tahun. Ketika perjalanan sudah menempuh hampir separuh jarak, anak itu berteriak, “Hore, gunungnya sudah kelihatan.” Dari balik kaca mobil, sebuah gunung membiru terlihat begitu anggun. Puncaknya menjulang ke langit nan biru dan menembus awan putih. “Oh, indahnya gunung itu,” ucap sang anak. Ia benar-benar kagum. Mobil pun terus melaju. Jalan yang ditempuh tidak lagi lurus dan datar, tapi sudah berkelok dan naik turun. Wajah gunung pun terlihat hijau karena dedaunan pohon mulai tampak walaupun cuma didominasi warna. Anak itu berujar lagi, “Oh, ternyata gunung itu berwarna hijau. Ada pohon-pohon kecil yang berjajar.” Sambil menikmati pemandangan sekitar, anak itu pun menyanyikan lagu: “Naik naik ke puncak gunung, tinggi tinggi sekali…” Hingga, perjalanan berhenti pada sebuah dataran yang sangat tinggi. Dari situlah mereka bukan hanya bisa melihat wajah gunung yang asli, tapi juga bisa memegang dan menginjak gunung. Mereka sudah berada di puncak gunung. “Gunungnya mana, Yah?” tanya anak itu keheranan. “Inilah wajah gunung yang kamu cari, tanah yang sedang kita injak,” jawab sang ayah sambil menunjuk ke tanah yang menanjak dan menurun. Anak itu agak heran. “Ini? Tanah yang gersang ini? Tanah yang cuma berisi batu dan pohon-pohon kecil dengan air sungainya yang keruh?” Sang ayah mengangguk pelan. Ia menangkap warna kekecewaan yang begitu dalam pada diri anaknya. “Anakku, mari kita pulang. Mari kita nikmati wajah gunung dari kejauhan. Mungkin, dari sanalah kita bisa mengatakan bahwa gunung itu indah…” *** Ketika seseorang sudah menjadi ‘gunung-gunung’ di masyarakatnya. Di mana, wajahnya bisa dilihat orang banyak, suaranya didengar banyak orang; akan muncul penasaran orang-orang yang melihat dan mendengar tokoh baru itu. Mereka ingin tahu, seperti apakah wajah sang tokoh ketika dilihat dari dekat: perilakunya, kehidupan rumah tangganya, dan hal- hal detil lain. Sayangnya, tidak semua ‘gunung’ yang terlihat indah ketika jauh, benar-benar indah di saat dekat. Para peminat yang ingin dekat dengan ‘gunung’ itu pun pasti kecewa. Ternyata, ‘gunung’ yang dari jauh indah itu, menyimpan banyak cacat. Keindahannya semu. Mari, kita bangun ‘gunung- gunung’ diri yang benar- benar indah: baik dari jauh, apalagi dekat. Jangan biarkan mereka yang semula kagum, menjadi kecewa. Jangan sampai ada orang-orang yang berujar persis seperti sang ayah bilang, “Anakku, mari kita menjauh. Mungkin hanya dari kejauhanlah, kita bisa mengatakan bahwa ‘gunung’ itu indah…”

Selasa, 10 April 2012

Lukisan hati

Sungguh aku tak ingin kehilangan pancaran rona kebahagiaan ini. Dengan penuh hati2 jemari mungil yg lincah ini ingin mengabadikan suasana ini dengan sedikit goresan dalam sebuah lukisan hati. Dengan penuh hati2 jemari mungil yg lincah ini pula ingin menggantungkan berbagai hiasan cantik d langit2 kalbu dengan sentuhan kasih. Dengan harapan, semoga kemuliaan dan ke'indahan itu selalu mewarnai hatiku, jiwaku, hariku, bahkan seumur hidup q hingga mati q. Tak hanya sesaat, tak pudar oleh gesekan waktu..

Senin, 09 April 2012

Setiap orang yg kamu temui dlm hidup ini memiliki arti. Mereka mengujimu, mengajarimu, dan buatmu menyadari kemampuan yg ada dlm dirimu.

Kamu mungkin membutuhkan orang lain dalam hidup ini, tapi jangan menggantungk an hidupmu pada mereka. -

Tersenyumlah

Ketika sedih, tersenyumlah! Bukan untuk menyembunyik an luka, tapi untuk mensyukuri bahagia yg tersisa. - Tetaplah tersenyum dimanapun kalian berada, karena disanalah kalian memiliki banyak cerita. - Ariel -

Dinamika hidup

Jangan pernah bosan dgn aktifitas kehidupan. Jangan pernah lelah memutari lingkaran waktu. Jangan pernah jenuh menatap matahari yg selalu membuat silau. Lihatlah k langit yg luas ini, buka mata dan fikiran, betapa ia tak pernah lelah untuk berhias dan menciptakan keindahan. Bukankah ia sudah ada sejak sekian miliar tahun yg lalu sebelum kita ada.? Jangan pernah putus asa, rahmat Allah terlalu luas buat cela dan kekurangan kita. "Diam bukan tak mengerti, tp mencoba memahami apa yg akan terjadi." Kita punya Allah, kita punya Nabi Muhammad. ›

Selasa, 03 April 2012

Bola mata

kita sudah tahukan hubungan antara dua bola mata manusia...??? Mereka berkedip bersama.... Bergerak bersama...... Menangis bersama..... Melihat bersama dan tidur pun bersama.... walaupun satu sama lain tidak pernah saling melihat... Semoga cinta kita bisa seperti mata..... Walaupun hanya saling beda sudut pandang, Tetapi alangkah indahnya cinta kita ini bila bisa terus menjaga indahnya sampai nanti.

Cerita Bung Karno

Tak lama setelah mosi tidak
percaya parlemen bentukan
Nasution di tahun 1967 dam MPRS menunjuk Suharto sebagai Presiden RI, Bung Karno menerima surat untuk segera meninggalkan
Istana dalam waktu 2 X 24 Jam. Bung Karno tidak diberi waktu untuk menginventarisir barang-barang pribadinya.

Wajah - wajah tentara yang mengusir Bung Karno tidak bersahabat lagi.
"Bapak harus cepat meninggalkan Istana ini dalam waktu dua hari dari sekarang!".
Bung Karno pergi ke ruang
makan dan melihat Guruh sedang membaca sesuatu di ruang itu.
"Mana kakak-kakakmu"
kata Bung Karno. Guruh menoleh ke arah Bapaknya dan berkata "Mereka pergi ke rumah Ibu". Rumah Ibu yang dimaksud adalah rumah Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru. Bung Karno berkata lagi "Mas Guruh, Bapak tidak boleh lagi tinggal di Istana ini lagi, kamu persiapkan barang-barangmu, jangan kamu ambil lukisan atau hal lain, itu punya negara". Kata Bung Karno. Lalu Bung Karno melangkah ke arah ruang tamu Istana, disana Ia mengumpulkan semua
ajudan-ajudannya yang setia. Beberapa ajudannya sudah tidak kelihatan
ia makulum, ajudan itu
sudah ditangkapi karena diduga terlibat Gestapu.

"Aku sudah tidak boleh tinggak di Istana ini lagi,
kalian jangan mengambil apapun, Lukisan-lukisan itu,
Souvenir dan macam-macam barang. Itu milik
negara. Semua ajudan menangis saat tau Bung Karno mau pergi.

"Kenapa bapak tidak melawan, kenapa dari dulu bapak tidak melawan.??" Salah satu ajudan separuh berteriak memprotes tindakan diam Bung Karno. "Kalian tau apa, kalau saya
melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit. Jikalau perang dengan Belanda jelas hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak, wajahnya sama dengan wajahmu, keluarganya sama dengan keluargamu, lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara".
Tiba-tiba beberapa orang dari dapur berlarian saat mendengar Bung Karno mau meninggalkan Istana.
"Pak kamu memang tidak ada anggaran untuk masak,
tapi kami tidak enak bila bapak pergi, belum makan. Biarlah kami patungan dari uang kami untuk masak agak enak dari biasanya". Bung Karno tertawa "Ah, sudahlah sayur lodeh basi tiga itu malah enak, kalian masak sayur lodeh saja. Aku ini perlunya apa..."
Di hari kedua saat Bung Karno sedang membenahi baju-bajunya datang perwira suruhan Orde Baru. "Pak, Bapak harus segera meninggalkan tempat ini".
Beberapa tentara sudah
memasuki ruangan tamu dan menyebar sampai ke ruang makan. Mereka juga berdiri di depan Bung Karno dengan senapan terhunus.
Bung Karno segera mencari
koran bekas di pojok kamar, dalam pikiran Bung Karno yang ia takutkan adalah bendera pusaka akan diambil oleh tentara. Lalu dengan cepat Bung Karno membungkus bendera pusaka dengan koran bekas, ia masukkan ke dalam kaos oblong, Bung Karno berdiri sebentar menatap tentara- tentara itu, namun beberapa perwira mendorong tubuh Bung Karno untuk keluar kamar. Sesaat ia melihat wajah Ajudannya Saelan dan Bung Karno menoleh ke arah Saelan. "Aku pergi dulu" kata Bung Karno dengan terburu- buru.
"Bapak tidak berpakaian
rapih dulu, Pak" Saelan separuh berteriak. Bung Karno hanya mengibaskan tangannya. Bung Karno langsung naik VW Kodok, satu-satunya mobil pribadi yang ia punya dan meminta sopir diantarkan ke Jalan Sriwijaya, rumah Ibu Fatmawati. Di rumah Fatmawati, Bung Karno hanya duduk seharian saja di pojokan halaman, matanya kosong. Ia meminta bendera pusaka dirawat hati-hati. Bung Karno kerjanya hanya mengguntingi daun-daun di halaman. Kadang-kadang ia memegang dadanya yang sakit, ia sakit ginjal parah namun obat yang biasanya diberikan sudah tidak boleh diberikan. Sisa obat di Istana dibuangi.

Suatu saat Bung Karno mengajak ajudannya yang bernama Nitri -gadis Bali untuk jalan-jalan. Saat melihat dukuh, Bung Karno kepengen dukuh tapi dia tidak punya uang. "Aku pengen dukuh.. Tri, aku tidak punya uang" Nitri yang uangnya pas-pasan juga melihat ke dompetnya, ia merasa cukuplah buat beli dukuh sekilo. Lalu Nitri mendatangi tukang dukuh dan berkata "Pak Bawa dukuhnya ke orang yang ada di dalam mobil". Tukang dukuh itu berjalan dan mendekat ke arah Bung Karno. "Mau pilih mana, Pak manis-manis nih " sahut tukang dukuh dengan logat betawi kental.
Bung Karno dengan tersenyum senang berkata "coba kamu cari yang enak". Tukang Dukuh itu mengernyitkan dahinya, ia merasa kenal dengan suara ini.

Cerita Bung Karno