Minggu, 25 Maret 2012

Belajar keikhlasan dari Rasul

Di sebuah sudut pasar kota Madinah ada seorang
pengemis buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang
mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.” Tiada hal lain yang dilakukan sibuta setiap hari kecuali menengadahkan tangan dan meneriakkan kata-kata itu berulang-ulang kali. Namun demikian, setiap pagi selalu ada seorang pria yang mendatangi pengemis itu dengan membawakannya
makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun, pria itu selalu menyuapkan
makanan yang di bawanya kepada pengemis buta itu. Suatu ketika, pria yang biasanya datang memberinya makan tidak
lagi datang kepadanya. Pengemis buta itu semakin hari semakin lapar dan bertanya-tanya dalam dirinya apa yang terjadi dengan pria itu. Sampai suatu pagi ada seorang pria yang mendatanginya memberinya makan. Namun, ketika dia mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “siapakah kamu? Engkau bukan orang yang biasa
mendatangiku.”
“Aku adalah orang yang biasa,” kata pria itu.
“Tidak mungkin. Engkau bohong. Apabila ia datang
kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan
tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu, sebelum ia menyuapiku,
dia selalu mengusap rambutku terlebih dahulu, Selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan
tersebut, setelah itu ia berikan padaku, sehingga tidak sulit mulut ini
mengunyah,” jawab pengemis buta itu. Mendengar jawaban itu,
pria tadi tidak dapat menahan air matanya, ia manangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang
biasa datang kepadamu.
Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Namaku Abu Bakar. Orang mulia yang biasa memberimu makan itu telah meninggal dunia. Dia adalah Muhammad SAW.” Pengemis buta itu terkejut.
Tubuhnya tergetar. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Hanya air mata yang mengalir di pipinya. Deras, seolah
tak terbendung, mengenang Manusia sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar