Jumat, 02 Maret 2012

Wadah

Seorang murid tampak
murung di hadapan
gurunya. Ia sengaja
mendatangi sang guru
karena satu alasan: mencari
solusi dari seribu satu masalah yang seperti tak
pernah henti menderanya.
Belum masalah yang satu
selesai, masalah baru pun
muncul, berkembang, dan
seterusnya.

“Guru, kenapa hidupku
teramat sulit. Masalah
seperti tak pernah mau
menjauh dariku,” ungkap
sang murid menunjukkan
wajah galaunya. Semangat belajarnya seperti akan
pupus dengan seribu satu
masalah hariannya.

“Muridku, perhatikan apa
yang akan aku lakukan
dengan segelas air tawar
ini, ” ucap sang guru sambil
memasukkan sebungkus
serbuk jamu kedalam gelas.

Setelah diaduk, sang guru
pun mempersilakan
muridnya untuk mencicipi
air yang berubah kehijauan
itu. “Silakan kau coba!”
ucapnya lembut.

Sang murid pun meraih
gelas itu untuk kemudian
mencicipinya. “Pahit! Pahit
sekali guru!” ucapnya begitu
spontan. Tapi, sang murid
masih belum mengerti dengan segelas jamu itu.

Sesaat kemudian, sang guru
pun mengajak muridnya
untuk berjalan menuju
tepian kolam di sebuah
taman alam. Taman itu
begitu asri. Sejumlah mata air dari tanah pegunungan
mengalir perlahan menuju
kolam taman.

Dan, sang guru pun
menaburkan tiga bungkus
serbuk jamu lain ke kolam.
“Silakan kau aduk-aduk
kolam yang luas itu
semampumu, dan cicipi apakah airnya ikut terasa
pahit!” ucap sang guru
kemudian.

Setelah mengaduk, sang
murid pun mencermati
wajah air kolam yang
sedikit pun tidak berubah
warna. Dan, ia pun
mencicipinya. “Tawar, guru!” ucapnya kemudian.

“Muridku, bayangkan jika
serbuk jamu itu kau
taburkan di danau yang
luas. Berpuluh-puluh bahkan
mungkin beratus-ratus
bungkus serbuk jamu pun yang kau taburkan, warna
air danau tak akan berubah,
apalagi menjadi pahit!”
ungkap sang guru
kemudian.

“Maksud guru?” sergah sang
murid masih belum
menangkap isi nasihat
gurunya.

“Perbesarlah wadah dan isi
air, apa pun yang masuk,
tidak akan mengubah
rasanya. Perbesarlah wadah
jiwa kita, seberapa besar
pun masalah yang dihadapi, insya Allah, ia tetap hambar
dan tak akan
mempengaruhi diri kita,”
jelas sang guru yang
disambut anggukan pelan
muridnya.

***

Baginda Rasulullah saw.
pernah mengungkapkan
keunggulan jiwa seorang
mukmin. Jika diberi nikmat
ia bersyukur, dan itu
menjadi nilai plus buat dirinya.

Dan jika diuji
dengan ketidak nyamanan,
ia bersabar, dan itu pun
menjadi nilai plus lain buat
dirinya. Tapi boleh jadi, belum
banyak dari kita yang
merasakan bahwa sabar
adalah ungkapan untuk
menunjukkan betapa luas
dan dalamnya wadah jiwa seorang mukmin. Seluas
samudera yang akan
menghambarkan apa pun
yang mencemarinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar