Kamis, 12 April 2012
Sejarah Presiden Soekarno & mesjid St. Petersburg Rusia
MESJID BUNG KARNO DAN
SEJARAHNYA DI ST
PETERSBURG RUSIA Rusia, di bawah rezim
komunis Uni Soviet
membabat habis kehidupan
beragama. Semua tempat
ibadah seperti masjid,
gereja, sinagog ditutup untuk kegiatan ibadah.
Sebagian bangungan dialih
fungsikan untuk berbagai
keperluan rezim berkuasa.
Sedang sebagian lagi
dibiarkan lapuk tak terawat. Keadaan itu terjadi
pada masjid di Saint
Petersburg yang sejak
1940 hingga 1956 diubah
menjadi gudang.
Saint Petersburg, adalah ibukota Rusia ketika masih
berbentuk kekaisaran.
Kota itu ketika era Uni
Soviet bernama Leningrad
(Lenin Gorad), nama yang
dinisbatkan kepada bapak pendiri Uni Soviet, Vladimir
Ilyisch Lenin. Saint
Peterburg disebut sebut
sebagai kota terindah di
Eropa, dengan gedung-
gedung berarsitektur menawan dan lanskap kota
yang luar biasa. Salah satu
bangunan indah di antara
deretan arsitektur kota
tersebut adalah bangunan
masjidnya. Sejarah Masjid St.
Petersburg
Masjid Saint Petersburg
berlokasi di pusat kota
Saint Petersburg, di lokasi
simbolis, berseberangan dengan Benteng Peter dan
Paul di pusat kota Saint
Petersburg, Rusia.
Masjid Saint Petersburg
pertama kali dibangun
tahun 1913 di pusat kota Saint Petersburg yang kala
itu masih menjadi ibukota
kekaisaran Rusia. Masjid
Saint Petersburg
merupakan masjid terbesar
di Eropa kala itu. Dibangun atas izin dari Tsar Rusia,
Nicholas II. Pendirian masjid
ini dinisbatan untuk
memperingati 25 tahun
berkuasanya Abdul Ahat
Khan, Emir Turkistan di Bukhara.
Rencana pembangunan
masjid Saint Petersburg
sendiri sudah digagas oleh
komunitas muslim Saint
Petersburg sejak tahun 1880. Namun izin pendirian
masjid baru keluar di tahun
1906.. Lokasi masjid yang
berada tepat di seberang
benteng Peter & Paul
sempat ditentang oleh banyak pihak, namun
penentangan itu berhenti
dengan sendirinya ketika
TsarNicholas II memberikan
izin bagi pembelian lahan
dan pendirian masjid di lokasi tersebut pada
tanggal 3 Juli 1907.
Pengumpulan dana untuk
pembangunan masjid itu
memakan waktu selama 10
tahun hingga terkumpul dana sebesar 750 ribu
rubbels dari beberapa
sponsor kaya. Ahun Ataulla
Bayazitov menjadi ketua
komite pembangunan
masid. Sementara pembelian lokasi, berikut biaya
pembangunan seluruhnya
dibayar oleh Said Abdul
Ahad Amir Buharskiy, Emir
dari Bokara.
Untuk rancangan arsitektur masjid diadakan
kontes oleh komite
pembangunan masjid..
Ternyata kontes arsitektur
masjid itu dimenangkan
oleh arsitek Nikolai Vasilyev, Stepan
Krichinskiy dan Alexander
von Gogen. Tiga tiganya
adalah arsitek non muslim.
Peletakan batu pertama
pembangunan masjid dilaksanakan pada tanggal
3 Februari 1910 dihadiri
oleh pemerintah, tokoh-
tokoh agama dan tokoh
masyarakat, termasuk
Amir Buharskiy, Hrusin Novikov, duta besar Turki
dan Persia, Mufti Orenburg
Sultanov, pimpinan partai
Islam di Gos Duma Tevkelev
dan ketua komite
pembangunan sekaligus inisiator pembangunan
masjid, Ahun Ataulla
Bayazitov.
Ide dasar bangunan masjid
ini terinspirasi dari
arsitektur Masjid Tamerlan’s di kawasan Asia
Tengah. Kubah besarnya
itu di ilhami dari bangunan
maosolium Gur Emir di
Samarkand yang dibangun
pada abad ke 15. Temboknya dihias dengan
granit abu-abu tua
menjadikan bangunan
masjid ini tampak lebih
alami dan monumental di
antara bangunan sekelilingnya, Fasad depan
masid dihias dengan
kaligrafi Al-qur’an.
Arsitektur tradisional Islam
sangat jelas pada eksterior
dan interior masjid Saint Petersburg ini. Kolom-
kolom yang menyanggah
lengkungan-lengkunan di
bawah kubah ditutup
dengan pualam hijau. Di
pusat ruang utama tergantung lampu gantung
raksasa juga dihias dengan
kaligrafi Al-Qur’an.
Sedangkan ruang mihrab
dihias dengan keramik-
keramik berwarna biru. Tembok dalam masjid
penuh dengan ornamen-
ornamen indah.
Masjid indah ini dilengkapi
dengan dua menara
setinggi 49 meter lengkap dengan kubah setinggi 39
meter. Dengan kapasitas
mencapai 5000 orang
jamaah. Restorasi besar
besaran di tahun 1980
membuat masjid ini mampu mempertahankan
rekornya sebagai salah
satu masjid terbesar di
Eropa. Pemisahan antara
jemaah pria dan wanita
bukan dengan pemberian partisi di ruang yang sama,
tapi dengan pemisahan
tempat. Lantai dasar masjid
diperuntukkan bagi jamaah
pria sementara lantai satu
masjid diperuntukkan khusus untuk jamaah
wanita.
Kubah masjid ini dibuat
dengan rancang bangun
sarang lebah madu.
Konstruksi sarang lebah madu dengan mudah
terlihat pada ornamen
bagian dalam kubah
dengan rangkaian bentuk
hexagonal berukir dalam
baluran dominasi warna biru menghias bagian dalam
kubah. Kubah berwarna
biru nan indah itu terlihat
dengan sempurna dari
jembatan Trinity.
Masjid Saint Petersburg mulai digunakan pertama
kali pada tahun 1913,
menandai peringatan 300
tahun berkuasanya
keluarga Romanov di Rusia
meskipun kala itu pembangunan masjid belum
selesai seratus persen.
Keseluruhan proses
pembangunan baru selesai
tujuh tahun kemudian dan
rencananya akan dibuka untuk umum secara reguler
dalam menyelenggarakan
kegiatan peribadatan pada
tahun 1920. Runtuhnya
kekuasan Tsar Rusia oleh
Rezim Komunis Uni Soviet pada tahun 1917,
kemudian menjadikan
Masjid Saint Petersburg
terbengkalai dan diubah
fungsinya menjadi gudang
penyimpanan perlengkapan medis dari
tahun 1940 hingga tahun
1956.
Masjid Saint Petersburg dan
Kharisma Soekarno
Kala itu, Soekarno sedang menikmati indahnya kota
St. Petersburg yang
didirikan oleh Peter the
Great pada abad 17. Kota
yang senantiasa menjadi
rebutan banyak negara dalam berbagai masa itu
memang sangat cantik,
berarsitektur ala Eropa
Barat dan terletak di delta
sungai Neva. Kota ini
pernah menjadi ibukota kekaisaran Rusia selama
dua ratus tahun. Disini pula
berdiri istana-istana
terkenal, seperti istana
musim panas Peterhof,
istana musim dingin Hermitage, benteng Peter
and Paul serta landskap
kota yang tidak kalah
dengan kota mode Paris.
Dari dalam mobil itu,
Soekarno sekelebatan melihat sebuah bangunan
yang unik dan tidak ada
duanya. Sopir diminta
untuk kembali memutar
jalan untuk melihat
bangunan tersebut, namun bergeming. Tidak ada
perintah untuk memutar
apalagi berhenti. Pada
zaman itu, di bawah
pemerintahan komunis
nyaris tidak ada kekuasaan dan kesempatan berdiskusi
yang diberikan kepada
seorang sopir.
“Bangunan apa tadi itu,”
tanya sang Presiden.
“Itu dulunya sebuah masjid,” jawab sang
pengemudi.
“Kalau dulu masjid,
sekarang digunakan untuk
apa?”
“Oh… hampir semua gereja dan masjid saat ini menjadi
gudang atau semacamnya,”
sahut sopir.
Pembicaraan sekilas tadi
membuat Presiden
Indonesia itu tidak nyenyak tidurnya. Ia
terngiang-ngiang gedung
berkubah biru dengan
arsitek Asia tengah itu.
Dindingnya sekilas terbuat
dari batu yang dibuat secara khusus, dua
menaranya menjulang
tinggi bersaing dengan
beberapa gereja yang tidak
jauh dari situ sedangkan
pelatarannya cukup luas. Dalam taksiran Soekarno,
bangunan yang disebut
masjid itu pastilah mampu
menampung lebih dari 3000
muslim bersembahyang
berjamaah. Dalam suatu jamuan makan,
Presiden melontarkan
permintaan agar pada hari
berikutnya diatur suatu
kunjungan ke masjid yang
dilihatnya. Namun aturan protokoler tidak
memungkinkan karena
acara yang disusun sudah
sangat padat.
Setelah dua hari menikmati
keindahan kota St. Petersburg yang saat itu
masih bernama Leningrad,
Soekarno terbang ke
Moskow untuk melakukan
pembicaraan tingkat tinggi
guna membahas masa depan kerja sama bilateral
dan berbagai posisi kunci
dalam Perang Dingin yang
terus memuncak.
Kehangatan kedua
pemerintahan memang sedang mencapai titik
kulminasi, antara lain
dengan pengiriman ribuan
mahasiswa Indonesia yang
kemudian dikenal dengan
mahasiswa ikatan dinas (Mahid).
Dalam bincang-bincang di
istana Kremlin itu sempat
tersiar kabar suatu
pembicaraan yang unik
diantara kedua pemimpin bangsa. Tentunya, sang
pengundang menginginkan
agar Presiden Soekarno
dapat menikmati
liburannya di Leningrad
bersama salah satu putrinya. Apalagi berbagai
fasilitas papan atas telah
disiapkan.
“Bagaimana kunjungan ke
Leningrad tuan Presiden.
Tentu sangat menyenangkan, bukan,”
Diluar dugaan Soekarno
memberikan jawaban yang
mengagetkan. “Rasanya
saya belum pernah ke
Leningrad,” ujarnya. “Tuan Presiden memang
pandai bertutur. Ada apa
yang salah dengan
Leningrad. Bukannya
kemarin dua hari berjalan-
jalan dengan sang puteri di sana.”
“Ya. Kami memang berada
disana, tapi kami belum
kesana.”
“Kenapa begitu?”
“Karena kami tidak pernah diberikan kesempatan
untuk menengok
bangunan yang disebut
masjid biru.”
Kekecewaan berat
menerpa sang pemimpin besar revolusi Indonesia itu
ketika mengetahui kondisi
masjid tersebut yang
diperlakukan tidak
selayaknya sebagai masjid
tetapi sebagai gudang. Kekecewaan itulah yang
kemudian disampaikan
Presiden Soekarno kepada
Presiden Uni Soviet Nikita
Kruschev pada jamuan
kenegaraan di Kremlin. Presiden Soekarno tidak
sekedar mengharapkan
Kruschev memfungsikan
kembali Masjid Saint
Petersburg melainkan
mengharapkan pula agar masjid itu boleh digunakan
oleh umat Islam Saint
Petersburg untuk
beribadah.
Permintaan Presiden
Soekarno itu seperti mustahil dikabulkan oleh
presiden Uni Soviet yang
tegas menerapkan
Marxisme dalam bernegara.
Tapi anehnya, 10 hari
setelah kepulangan RI Presiden Soekarno ke
Indonesia, secara
mengejutkan keluar
perintah resmi dari Kremlin
untuk memfungsikan
kembali Masjid Saint Petersburg dan bahkan
mengembalikan masjid itu
kepada kaum muslimin
tanpa syarat apa pun. Kado
dari Presiden Soekarno itu
sangat mengejutkan umat Islam Saint Petersburg, dan
sejarah inilah yang
kemudian menjadi sebuah
kenangan manis yang abadi
bagi Muslim Saint
Petersburg hingga saat ini. Kharisma Bung Karno
memang luar biasa, berhasil
mengubah kebijakan
pemerintah otoriter yang
bertentangan dengan
prinsip-prinsip ideologisnya Aktivitas Masjid Saint
Petersburg
Di hari jum’at sebelum
sholat jum’at dilaksanakan,
dibacakan ayat ayat suci Al-
qur’an. Khutbah disampaikan dalam dua
bahasa, bahasa Tatar dan
Bahasa Rusia. Tak hanya
menyelenggarakan
kegiatan peribadatan,
Masjid Saint Petersburg juga menjadi pusat pendidikan
dan kebudayaan Islam
terkemuka di Saint
Petersburg.
Imam Masjid dan Mufti Saint
Petersburg Cafer Nasibullahoglu mengatakan
bahwa ketika masjid Saint
Petersburg dibangun sudah
ada 8000 orang muslim
yang di kota itu dan sudah
menjadi salah satu komunitas terbesar di Saint
Petersburg kala itu.
Bandingkan dengan saat
ini, Muslim di kota Saint
Petersburg sudah mencapai
700.000 jiwa dan masjid- masjid di kota ini sudah tak
mampu lagi menampung
jamaah yang membludak,
dan sudah menjadi
pemandangan umum bila
jamaah sholat jum’at di kota ini dan di kota kota
lain di Rusia senantisa
meluber hingga ke jalan
raya.
“Kini semua umat Islam di
St. Petersburg sangat berterima kasih kepada
almarhum Soekarno. Kami
akan ingat jasa-jasanya.,”
ujar mufti Ja’far Nasibullah
yang sudah 31 tahun
menjadi tulang punggung masjid. “Tanpa Soekarno
mungkin masjid indah yang
didirikan 1910 ini sudah
hancur sebagaimana masjid
dan gereja lainnya. Semoga
Allah SWT memberikan surga tertinggi baginya,”
doa sang Imam dengan
mimik yang serius sambil
mengangkat kedua
tangannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Best Slots with Real Money Casino Sites - Lucky Club
BalasHapusBest Online Slots and Casinos with Real Money Casino Sites · 1. Bovada – Best Overall Casino Online · 2. InterTops – Best Variety of Casino Games · 3. luckyclub mBit Casino – Best for